Alasan Kenapa Tiba-tiba Menikah

Banyak orang ingin menikah sesuai dengan apa yang mereka harapkan atau sesuai dengan yang direncanakan akan tetapi kadang ada yang tidak sesuai dengan rencana bahkan terkesan terburu-buru, ada apa dengan nikah tersebut munculah beberapa alasan-alasan diantaranya sebagai berikut :

1. Untuk merubah status jomblonya
2. Karena tabrakan/kecelakaan (HAMIL)
3. Kepentingan politik/bisnis
4. Saingan sama mantan
5. Kena sanksi Lokal 
6. Bangkitnya roh "Siti Nurbaya"
7. Terlalu lama telah bertunangan
8. Harta dan tahta
9. Takdir

Agus Suwanto


Berbuat Baik Kepada Istri

Wahai Para Suami

Istrimu adalah wanita yang mengandung keturunanmu 9 bulan, dari anak ke anak berikutnya.. 

Lelah diatas lemah badannya..

Ia pula yang lebih telaten merawat anak-anakmu sampai usia dewasa..

Ia pula yang melayani kebutuhan biologismu dengan halal dan tulus..
Ia pula yang merawat isi rumahmu dan menjaganya..

Masakan yang nikmat adalah masakan istrimu..

Ia mendampingimu dikala suka maupun duka..

Ia merawatmu dengan tulus dikala sakitmu..
Ia akan tetap mendampingimu walau engkau sudah tua renta, dan sakit-sakitan..

Mungkin terkadang ketaatan istrimu kepadamu lebih besar dari pada taatnya anak-anakmu kepadamu..

Wahai suami yang sholeh..
Jangan sampai engkau tidak penuhi hak dia sebagai istri..
Jangan engkau sia-siakan dia..

Jika ada waktu senggang yang sebenarnya dapat digunakan untuk ikut membantu pekerjaan rumah tangga atau ikut merawat anak-anakmu.. Maka lakukakanlah..

Ajak dia berseda gurau dengan mesra atas kebaikannya padamu agar terpupuk kasih sayangnya padamu...

Jangan engkau buang waktumu hanya untuk ber-bbm ria, internetan, nonton film, atau malah keluyuran malam gak jelas tujuan.. Innalillah..

Jangan sekali-kali engkau cela masakannya.. 

Jangan pula engkau pukul dia sesuka hatimu..

Berbuatlah baik kepada mereka sebagaimana junjungan kita..

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda :

خِيَارُكُمْ خِيَارُكُمْ لِنِسَائِهِمْ (رواه الترمذي)

“Sebaik-baik kalian, (adalah) yang sikapnya baik terhadap perempuan-perempuan mereka (sendiri).” (HR. Tirmidzi).

Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam pernah bersabda :

خَيْرُكُمْ خَيْرُكُمْ لأَهْلِهِ وَأَنَا خَيْرُكُمْ لأَهْلِي (رواه ابن حبان)

“Sebaik-baik kalian adalah yang terbaik dari kalian sikapnya kepada keluarganya. Dan aku adalah yang terbaik dari kalian sikapnya kepada keluarga.” (HR. Ibnu Hibban)

Semoga kita bisa berbuat baik kepada kaum hawa.. 

Dengan ini إِنْ شَاءَ اللّهُ akan mudah bagi kita mengarahkan, dan mendidiknya kepada jalan yang baik dan benar...

Sunan Kalijogo

Semua orang di Indonesia, apalagi orang Islam, kenal dengan nama Sunan Kalijogo yang kecilnya bernama Raden Mas Said ini. Dikatakan dia adalah putera Adipati Tuban Tumenggung Wilatikta atau Raden Sahur yang beragama Islam. Silsilah Raden Sahur ke atas adalah Putera Ario Tejo III (Islam), putera Ario Tejo II (Hindu), putera Ario Tejo I, putera Ronggolawe, putera Ario Banyak Wide alias Ario Wiraraja, putera Adipati Ponorogo. Itulah asal-usul Sunan Kalijogo yang banyak ditulis dan diyakini orang, yang sebenarnya merupakan versi Jawa. Dua versi lainnya tidak pernah ditulis atau dijumpai dalam media cetak sehingga diketahui masyarakat luas (Imron Abu Ammar, 1992).

Kisah Sunan Kalijogo versi Jawa ini penuh dengan ceritera mistik. Sumber yang orisinal tentang kisah tersebut tidak tersedia. Ricklefs, sejarawan Inggris yang banyak meneliti sejarah Jawa, menyebutkan bahwa sebelum ada catatan bangsa Belanda memang tidak tersedia data yang dapat dipercaya tentang sejarah Jawa. Sejarah Jawa banyak bersumber dari catatan atau cerita orang-orang yang pernah menjabat sebagai Juru Pamekas, lalu sedikit demi sedikit mengalami distorsi setelah melewati para pengagum dan penentangnya.

Namun demikian sebenarnya Sunan Kalijogo meninggalkan dua buah karya tulis, yang salah satu sudah lama beredar sehingga dikenal luas oleh masyarakat, yaitu Serat Dewo Ruci, sedang yang satu lagi belum dikenal luas, yaitu Suluk Linglung. Serat Dewo Ruci telah terkenal sebagai salah satu lakon wayang. Sunan Kalijogo sendiri sudah sering menggelar lakon yang sebenarnya merupakan kisah hidup yang diangan-angankan sendiri, setelah kurang puas dengan jawaban Sunan Mbonang atas pertanyaan yang diajukan. Sampai sekarang Serat Dewo Ruci merupakan kitab suci para penganut kejawen, yang sebagian besar merupakan pengagum ajaran Syekh Siti Jenar yang fiktif tadi.

Kalau Serat Dewo Ruci diperbandingkan dengan Suluk Linglung, mungkin para penganut Serat Dewo Ruci akan kecelek (merasa tertipu). Mengapa demikian ? Isi Suluk Linglung ternyata hampir sama dengan isi Serat Dewo Ruci, dengan perbedaan sedikit namun fundamental. Di dalam Suluk Linglung Sunan Kalijogo telah menyinggung pentingnya orang untuk melakukan sholat dan puasa, sedang hal itu tidak ada sama sekali dalam Serat Dewo Ruci. Kalau Serat Dewo Ruci telah lama beredar, Suluk Linglung baru mulai dikenal akhir-akhir ini saja. Naskah Suluk Linglung disimpan dalam bungkusan rapi oleh keturunan Sunan Kalijogo. Seorang Pegawai Departemen Agama Kudus, Drs Chafid mendapat petunjuk untuk mencari buku tersebut, ternyata disimpan oleh Ny. Mursidi, keturunan Sunan Kalijogo ke-14. Buku tersebut ditulis di atas kulit kambing, oleh tangan Sunan Kalijogo sendiri menggunakan huruf Arab pegon berbahasa Jawa. Tahun 1992 buku tersebut diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia.

Sebagai tambahan, pada waktu Sunan Kalijogo masih berjati diri seperti tertulis didalam Serat Dewo Ruci, murid-murid kinasih-nya berpaham manuggaling kawulo gusti (seperti Sultan Hadiwidjojo, Pemanahan, Sunan Pandanaran, dan sebagainya), sedang setelah kaffah dengan tauhid murni, Sunan Kalijogo mengutus muridnya yaitu Joko Katong, yang ditugaskan untuk mengislamkan Ponorogo. Joko Katong sendiri menurunkan tokoh-tokoh Islam daerah tersebut yang pengaruhnya amat luas hingga sekarang, termasuk Kyai Kasan Bestari (guru R. Ng. Ronggowarsito), Kyai Zarkasi (pendiri PS Gontor), dan lain-lain

Sedia Payung Sebelum Hujan


Tak banyak yang dapat dilakukan ketika musim hujan datang dipastikan kiriman air dari beberapa desa akan melintasi didesaku, hal ini sudah menjadi tradisi tahunan.

Air mengalir melintasi sungai-sungai di sepanjang desa meskipun alur perlintasan air itu tak di ketahui berapa panjangnya. andaikan sungai tersebut seperti Jalan Raya mungkin akan terdengar nama baru ada Sungai Nasional, Sungai Propinsi, Sungai Kabupaten Sungai Kecamatan, dan Sungai Desa sehingga pengelolaannya mungkin bisa saja menjadi lebih baik.  Namun untuk nama sungai tersebut mungkin menjadi hal yang aneh pada lingkungan warga desa karena selama ini belum pernah ada, yang paling penting adalah kesadaran warga dibangun sehingga mereka menyadari kalau banjir terjadi pada musim hujan hehehe....

Dampak lingkungan akibat banjir di desaku diantaranya lahan pertanian disekitar sungai, terhambatnya lalulintas transportasi dan pada anak-anak sebagai siswa Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD), Taman Kanak-kanak (TK) dan Sekolah Dasar (SD) harus dibantu menyeberangi derasnya air yang tumpah kejalan.  Memang hal demikian tidak terjadi setiap hari dimusim penghujan, deras dan tidaknya air hujan juga menjadi peran penentu terjadinya banjir. 

Coba lihat tiang listrik sudah semakin miring saja padahal informasi tersebut sudah disampaikan kepada Pemerintah Desa untuk disampaikan kepada AHLInya tetapi gimana lagi sampai sekarang belum juga dibenerin. Kadang was-was juga melewati jalan di desaku ini, kalau tiba-tiba "BLEG" roboh, wah... bahaya juga.  Warga hanya bisa berdo'a jangan sampai ada korban yang kejatuhan tiang listrik itu, 

Yang paling penting siaga menghadapi banjir menjelang musim hujan lebih baik "sedia payung sebelum hujan" begitulah kiranya kata-kata bijak yang sering kita dengar.