Aku Lelaki Yang Sedang Memperjuangkanmu

Sejak memilihmu aku belajar untuk percaya. Meski banyak hal terkadang mencoba membuat ragu. Namun aku paham, aku sudah menempatkanmu menjadi orang terpenting dalam hidupku. Seseorang yang dengan sungguh-sungguh kucintai. Seseorang yang kupaham tak sempurna, namun selalu berusaha memperbaiki diri. Itulah yang membuatku mencintaimu. Aku percaya, dalam hati terdalammu kamu adalah orang yang mengerti bagaimana mencintai. Kamulah yang ingin kujadikan rumah bagi semua pulangku. Dari awal, kamu tahu kita adalah dua orang yang saling meyakinkan satu sama lain. Hal yang membuat kita bisa bertahan sejauh ini.

Namun waktu tidak pernah bisa kita tebak. Terkadang perasaan diuji oleh hal-hal  yang tak pernah terbayangkan. Hal-hal yang membuat kita menjadi lemah dan seolah tidak kuat untuk saling mempertahankan. Padahal kita tidak selemah itu. Kita sama-sama tahu, kita akan selalu bisa saling menguatkan. Tapi hidup selalu punya hal-hal di luar dugaan. Tak mengapa jika tiba-tiba kamu meragukanku. Jika tiba-tiba kamu merasa aku bukanlah yang terbaik untukmu. Aku mengerti, banyak hal yang tak pernah bisa kubuat pasti. Yang aku tahu, aku hanya mampu berusaha sekuat kuatnya aku.

Sekarang tenangkanlah dirimu. Aku akan baik-baik saja. Ijinkan aku membuktikan padamu kesungguhan niatku. Aku akan memperbaiki diri. Aku akan rajin bekerja. Tidak usah beri janji menerimaku apa adanya jika itu berat untukmu. Sebagai lelaki aku paham, banyak yang harus aku penuhi. Aku hanya ingin kamu membiarkanku menjalankan kesungguhanku. Kelak jika apa yang sudah aku perjuangkan tak pernah memenuhi apa yang kamu inginkan. Mungkin aku memang tidak ditakdirkan untukmu. Aku sangat mengerti, aku tak bisa menjadi lelaki yang punya modal cinta saja. Tidak cukup memang.  Kita hidup di dunia nyata, semua butuh hal-hal yang dibeli dengan uang. Alasan mengapa aku harus bekerja.

Semoga segala usaha ini tidak sia-sia. Saat ini aku masih lelaki yang sedang berjuang. Memperjuangkan impianku. Memperjuangkan kamu. Melakukan hal-hal yang membuatku tetap bahagia. Semoga kelak, kamu adalah seseorang yang bersedia menjadi rumah menetapku. Seseorang yang bersedia bersamaku meski saat tua aku hanya mampu memberikan waktu padamu. Meski tidak semua impianmu ternyata terpenuhi walau aku sudah berjuang sepenuh hati. Sebab, aku hanya mampu memperjuangkan takdir, tapi tak pernah bisa memastikan kisah akhir. Apa pun yang terjadi, satu hal yang ingin kukatakan padamu; aku teramat mencintaimu.

Boy Candra

Cinta Tak Pernah Cukup Jika Tak Berdua

Hal yang akhirnya aku mengerti, perihal mencintai dan cintai, hanyalah tentang siapa yang tetap memilih bertahan bersamamu. Meski kamu tidak sehebat orang-orang di luar sana lagi. Meski kamu sedang jatuh dan terkapar tak berdaya. Meski tak ada satu pun yang kamu miliki selain semangat untuk kembali berdiri. Meski ada hati lain yang terlihat lebih menarik, lebih perkasa, lebih hebat, namun kamu memilih dia yang biasa saja. Dia yang hanya punya keyakinan untuk mempertahankanmu saja. Tahap mencintai paling berat adalah mempertahankan seseorang yang sudah tak memiliki apa-apa yang dulu membuatmu jatuh cinta, selain kau tahu dia tetap mencintaimu di kondisi terbawahnya.

Kita akan menua nanti, cinta yang tumbuh sebab rupawan akhirnya akan terkikis. Perasaan yang tumbuh sebab hal-hal yang menjanjikan bisa saja berakhir dengan saling meninggalkan. Hanya perasaan yang jatuh dan memilih menjadi utuh sebab keyakinanlah yang akan tetap ada. Tak peduli kamu semakin tua dan jelek, tak peduli kamu tak lagi bertenaga untuk mengajaknya berlari. Dia akan tetap menemanimu dari pagi hingga malam lelah menemani. Meski hanya duduk di beranda rumah dengan teh dan kue seadanya.

Kepada perempuan yang jauh di sana, kamu tahu selalu saja kamu yang kupilih mengisi hatiku. Tak banyak yang ingin kupintakan. Selain bersetialah kepada apa yang kita sepakati. Jagalah segala hal yang kucintai. Aku tahu kamu tak sempurna, aku pun juga tak lengkap adanya. Hanya usaha menjaga diri yang bisa kamu lakukan. Jaga hatimu untuk sesuatu yang aku pertaruhkan dengan hidupku. Cinta. Hal yang tak akan pernah cukup bila satu orang saja yang memperjuangkannya. Aku butuh kamu sebagai sayap untuk terbang, sebagai pegangan saat aku lelah berjalan, sebagai teman bercerita saat kisah di dunia terasa menyedihkan.

Kelak, saat jarak sudah melipat diri, saat tak perlu lagi menunda waktu untuk menatap matamu. Peluklah aku sepenuh hatimu. Temani aku menangisi hal-hal yang membuatku menyesal telah melakukannya. Seperihal sekali dua kali di hari kemarin kata-kataku membuatmu terluka. Atau hal-hal yang kau lakukan tanpa sengaja dan membuat aku merasa kecewa. Cukup semuanya berlalu saja. Kita tak akan pernah menjadi sempurna. Hanya saja, kita harus lebih baik dari hari ke hari. Genggamlah tanganku. Yakinkan diri bahwa kita tak akan pernah membiarkan apa pun memisahkan kita, kecuali yang mahakuasa atas langit dan semesta. Tetaplah yakin dan percaya, bagaimana pun beratnya langkah kita nanti. Kita akan saling mendampingi untuk melalui semuanya. Kita akan terus bangkit dari hal-hal yang tak pernah kita duga.

Boy Candra

Ketabahan Untuk Menjadi Bagian Hidupku

Ada hal-hal yang membuat aku takut jatuh cinta lagi. Sesuatu yang membuatku memulai perasaan dengan sangat hati-hati. Aku tidak ingin hal-hal yang dulu begitu kubanggakan berakhir luka, juga kau hadirkan dalam sesuatu yang kau sebut cinta.

Tenanglah. Aku hanya sedang meyakinkan hatiku. Jatuh cinta saja tak cukup bagiku. Aku butuh seseorang yang akan tetap bertahan denganku, seburuk apa pun keadaan nanti. Seseorang yang tak akan membiarkan aku bertahan sendiri. Seseorang yang dengan sepenuh hati akan berjuang bersamaku. Menjaga apa pun yang sudah terikat oleh sesuatu yang disebut cinta.

Kau tahu betapa beratnya memulihkan hati. Saat perasaan terdalam telah kau berikan kepada seseorang. Lalu, tiba-tiba saja duniamu dijungkirbalikkan kenyataan. Tidak mudah rasanya untuk pulih kembali. Semua butuh waktu. Butuh keyakinan untuk kembali meneruskan jalan baru. Jika kau benar mencintaiku. Lupakanlah semua kesalahan dan hal-hal yang terasa pedih di masa lalu. Mendekatlah. Peluk tubuhku. Yakinkan aku kau punya ketabahan untuk menjadi bagian hidupku.

Sebab cinta, tak ada yang benar-benar bisa bertahan sendiri. Untuk sesuatu yang seharusnya diperjuangkan berdua. Jangan takut akan gelombang yang menghadang. Selama kau denganku, kuserahkan segala yang aku mampu untuk mempertahankanmu. Aku tidak sedang bermain-main dengan cinta. Lukanya sudah cukup meluluhlantakan seisi  jiwa. Yakinkan hatimu, yakinkan bertahan denganku. Sekacau apa pun kita nanti. Aku ingin kau tetap waras untuk meyakini bahwa aku mencintaimu dan tak akan yang lain selain kamu. Bahwa kamu memilikiku dan tak ingin yang lain selain aku.

Boy Candra

Kegundahan Katak Mengadu Ke Ibunya

Ada kegundahan tersendiri yang dirasakan seekor anak katak ketika langit tiba-tiba gelap.

"Bu, apa kita akan binasa. Kenapa langit tiba-tiba gelap ?" ucap anak katak sambil merangkul erat lengan induknya.
Sang ibu menyambut rangkulan itu dengan belaian lembut.
"Anakku," ucap sang induk kemudian. "Itu bukan pertanda kebinasaan kita. Justru, itu tanda baik." jelas induk katak sambil terus membelai. Dan anak katak itu pun mulai tenang.

Namun, ketenangan itu tak berlangsung lama. Tiba-tiba angin bertiup kencang. Daun dan tangkai kering yang berserakan mulai berterbangan.
Pepohonan meliuk-liuk dipermainkan angin. Lagi-lagi, suatu pemandangan menakutkan buat si katak kecil. "Ibu, itu apa lagi ? Apa itu yang kita tunggu-tunggu ? " tanya si anak katak sambil bersembunyi di balik tubuh induknya.
"Anakku. Itu cuma angin," ucap sang induk tak terpengaruh keadaan. "Itu juga pertanda kalau yang kita tunggu pasti datang"tambahnya begitu menenangkan.
Dan anak katak itu pun mulai tenang. Ia mulai menikmati tiupan angin kencang yang tampak menakutkan.

"Blarrr!!!" suara petir menyambar-nyambar. Kilatan cahaya putih pun kian menjadikan suasana begitu menakutkan. Kali ini, si anak katak tak lagi bisa bilang apa-apa. Ia bukan saja merangkul dan sembunyi di balik tubuh induknya. Tapi juga gemetar. "Buuu, aku sangat takut. Takut sekali !"
ucapnya sambil terus memejamkan mata.

"Sabar, anakku !" ucapnya sambil terus membelai. "Itu cuma petir. Itu tanda ketiga kalau yang kita tunggu tak lama lagi datang ! Keluarlah. Pandangi tanda-tanda yang tampak menakutkan itu. Bersyukurlah, karena hujan tak lama lagi datang," ungkap sang induk katak begitu tenang.

Anak katak itu mulai keluar dari balik tubuh induknya. Ia mencoba
mendongak, memandangi langit yang hitam, angin yang meliuk-liukkan dahan, dan sambaran petir yang begitu menyilaukan.

Tiba-tiba, ia berteriak kencang, "Ibu, hujan datang. Hujan datang ! Horeeee...!"

▼ Hikmah ▼ 

Anugerah hidup kadang tampil melalui rute yang tidak diinginkan. Ia tidak datang diiringi dengan tiupan seruling merdu. Tidak diantar oleh dayang-dayang nan rupawan. Tidak disegarkan dengan wewangian harum.

Saat itulah, tidak sedikit manusia yang akhirnya dipermainkan keadaan.
Persis seperti anak katak yang takut cuma karena langit hitam, angin yang bertiup kencang, dan kilatan petir yang menyilaukan. Padahal, itulah sebenarnya tanda-tanda hujan.

Benar apa yang diucapkan induk katak: jangan takut melangkah, jangan sembunyi dari kenyataan, sabar dan hadapi. Karena hujan yang ditunggu, pasti akan datang. Bersama kesukaran ada kemudahan.

Tetap Senyum dan Semangat

PELAJARAN HIDUP

MATEMATIKA HIDUP

1) Mengapa PLUS dikali PLUS hasilnya PLUS ?
2) Mengapa MINUS dikali PLUS atau sebaliknya PLUS dikali MINUS hasilnya MINUS ?
3) Mengapa MINUS dikali MINUS hasilnya PLUS ?
Hikmahnya adalah:
(+) PLUS = BENAR
(-) MINUS = SALAH

JAWABAN

1. Mengatakan BENAR terhadap sesuatu hal yang BENAR adalah suatu tindakan yang BENAR.
Rumus matematikanya:
+ x + = +

2. Mengatakan BENAR terhadap sesuatu yang SALAH, atau sebaliknya mengatakan SALAH terhadap sesuatu yang BENAR adalah suatu tindakan yang SALAH.
Rumus matematikanya:
+ x – = -
– x + = -

3. Mengatakan SALAH terhadap sesuatu yang SALAH adalah suatu tindakan yang BENAR.
Rumus matematikanya:
– x – = +

Pelajaran matematika ternyata sarat makna. Kebenarannya pasti yang bisa kita ambil sebagai Pelajaran Hidup.


TETAP SENYUM DAN SEMANGAT

CUBLAK SUWENG

CUBLAK-CUBLAK SUWENG 
Lagu Jawa Karya: Sunan Giri

Cublak-cublak suweng,
Suwenge teng gelenter,
Mambu ketundhung gudel,
Pak empo lera-lere, Sopo ngguyu ndhelikake,
Sir-sir pong dele kopong,
Sir , Pong Dele Kopong,

Arti dan falsafah lagu:
CUBLAK - CUBLAK SUWENG

1. Cublak - Cublak Suweng,
Cublak = tempat - Suweng adalah anting perhiasan (harta) wanita jawa.
Cublak - Cublak Suweng, artinya ada tempat harta berharga, yaitu suweng (suwung, sepi, sejati) atau harta sejati.

2. Suwenge Teng Gelenter,
Suwenge Teng Gelenter = suweng berserakan, Harta sejati (kebahagiaan sejati sebenarnya sudah ada berserakan di sekitar manusia.

3. Mambu ketundhung Gudel,
Mambu (baunya) Ketundhung (dituju) Gudel (anak Kerbau).
Maknanya, banyak orang berusaha mencari harta sejati itu, bahkan orang-orang bodoh (diibaratkan Gudel) mencari harta itu dengan penuh nafsu ego, korupsi dan keserakahan, tujuannya untuk menemukan kebahagiaan sejati.

4. Pak Empo lera-lere,
Pak Empo (bapak ompong), Lera-lere (menengok kanan kiri). Orang-orang bodoh itu mirip orang tua ompong yang kebingungan.
Meski hartanya berlimpah, ternyata itu harta palsu, bukan harta sejati (kebahagiaan sejati). Mereka kebingungan karena dikuasai oleh hawa nafsu keserakahannya sendiri.

5. Sopo ngguyu ndhelikake,
Sopo ngguyu (siapa tertawa), Ndhelikake (dia yang menyembunyikan).
Ini menggambarkan bahwa, barang siapa bijaksana, dialah yang menemukan TEMPAT HARTA SEJATI (tempat kebahagian sejati), dia adalah orang yang tersenyum, 

Kapribaden Ingkang Wicaksana

Piwulang Basa Lan Sastra Wayang Sarana Anggulawenthah Kapribaden Ingkang Wicaksana Kangge Labuh Labet Ambangun Bangsa Lan Nagari
Dening : Drs. Imam Sutardjo, M.Hum.
(Jurusan Sastra Jawa – Fakultas Sastra lan Seni Rupa – Universitas Sebelas Maret - Surakarta)

Saripathi

Basa lan sastra ingkang asring kaginakaken kangge sarana ambabar cariyos wayang menika menawi kadhudhah kanthi permati, prayata kebak tontonan, tuntunan, lan tatananing agesang utawi pitutur luhur kautamaning agesang, ingkang saged kaginakaken kangge salah satunggalipun sarana anggulawenthah para putra supados dados generasi mudha ingkang tanggel jawab, mumpuni, mrantasi kardi sarta karyenak tyasing sesami. Jalaran salebetipun pagelaran wayang menika minangka gegambaraning agesang lan panggesanganipun manungsa ingkang kathah sanepan saha pralambang.
Generasi mudha minangka pundhaking negari ingkang anggadhahi kapribaden ingkang wicaksana, setya tuhu lan dhemen labuh labet, mranata sarta ambangun bangsa lan negari, kanthi gegebengan watak: “berbudi bawalaksana; sama beda dana dhendha, tanuhita, darmahita, samahita, lan sarahita; sepi ing pamrih rame ing gawe; hamong, hamor, hamot lan hamemangkat”. Sedaya piwulang watak kautaman menika sami sumimpen wonten ing basa lan sastra wayang. Pramila piwulang-piwulang menika kedah kadhudhah, kaandharaken saha dipunsumbangaken dhumateng masarakat kangge sarana andadar lan nggulawenthah generasi mudha ingkang minangka kekiyataning negari, kangge nglajengaken pembangunaning bangsa lan negari ingkang adil makmur lan warata kanthi dhasar Pancasila, UUD 1945, NKRI, saha Bhinneka Tunggal Ika.

Tembung-tembung baku: piwulang, basa sastra wayang, kapribaden lan watak, wicaksana, labuh labet, ambangun nagara

A.    Pambuka

Negari kita bangsa Indonesia menika wiwit rumiyin sampun kasusra nagari ingkang ageng, sugih, saha anggadhahi kabudayan ingkang adiluhung, buktinipun kathah warisan utawi tetilaran ingkang sumebar saindhenging nuswantara ingkang awujud: basa lan sastra, naskah, wewangunan (candhi, karaton), wayang, gamelan, lan sanes-sanesipun. Pramila brebrayan agung Jawi kedah rumaos remen, bombong lan bingah; jalaran nggadhahi tetilaran budaya ingkang agung, edi lan endah, yasanipun para leluhur, nata lan pujangga ing jaman kina; salah setunggalipun tetilaran inggih menika wayang utawi ringgit.
UNESCO rikala surya kaping 7 Nopember 2003 netepaken bilih ringgit minangka Masterpiece of the Oral and Intangible Heritage of Humaniora; tegesipun bilih wayang menika mujudaken satunggalipun yasan agung tetilaranipun para raja lan pujangga Jawi ingkang nyata adiluhung. Buktinipun salebetipun ringgitan menawi kababar kanthi saestu ngemot pitutur luhur; inggih menika etika, estetika saha entertainment utawi tuntunan, tontonan sarta tatanan.
Emanipun kagunan wayang purwa utawi ringgit wacucal ingkang sampun kasusra, dipunakeni lan dipunanggep negari manca saindhenging jagad raya menika, masarakat Jawi piyambak malah kirang ngaosi saha kirang anggatosaken dhumateng wayang (ringgit tiyang utawi wacucal). Bebrayan agung, mliginipun para nem-neman kirang remen kaliyan pagelaran wayang menika jalaran kirang kulina lan boten mangertos cariyos miwah basa lan sastranipun.
Sedaya tetilaran menika mujudaken raja brana saha cagar budaya nasional ingkang ajinipun tanpa tandhing, pramila kedah tansah dipunjagi, dipunlestarekaken saha dipun-ngrembakakaken. Supados pitutur luhur inggih wasitadi saha piwulang kautamaning ngagesang ingkang sumimpen wonten salebeting basa lan sastra wayang saged kadhudhah, kababar, saha kaginakaken kangge salah satunggalipun sarana andadar sah kangge mujudaken kapribaden ingkang wicaksana, utami lan pinuji, ambangun manungsa ingkang sampurna, minggahipun para sarjana sujaneng budi, para pangarsa utawi pemimpin ingkang wibawa, wasis, waskitha lan wicaksana, berbudi bawalaksana saha mahambeg satriya pinandhita.

B.    Basa lan Sastra Wayang

Basa lan sastra menika mujudaken peranganipun budaya Jawi, menawi dipuntaliti lan kadhudhah utawi kababar isinipun sanget migunani tumrap bebrayan agung. Kalebet basa lan sastra wayang ingkang minangka budayanipun masarakat Jawi kawastanan adiluhung, jalaran anggenipun ngandharaken ngginakaken basa Jawi baku lan endah (estetis) utawi basa rinengga. Pramila wonten pamanggih bilih basa lan sastra wayang menika minangka “kata berjiwa”, tembung-tembungipun anggadhahi kekiyatan raosipun pangripta (Slametmuljana, 1956:4).
Basa lan sastra wayang ngemot rasa (raos) lan surasa (teges); rasa tegesipun pangraos utawi babagan kaendahan anggenipun ngginakaken tembung-tembung utawi ukara. Wondene surasa tegesipun makna utawi tegesipun tembung-tembung utawi ukara utawi unen-unen (ungkapan-ungkapan) ingkang kaginakaken dhalang salebitipun anggelar wayang. Pramila basa lan sastra wayang kalebet ragam literer utawi jenisipun basa lan sastra ingkang endah; ingkang dipun-ngrembakakaken para pujangga, seniman kanthi kekiyatanipun imajinasi saha lantiping raos.
Basa lan sastra wayang saged kaperang wonten 4 (sekawan), inggih menika: janturan, pocapan, ginem/ antawacana, lan suluk (Bambang Murtiyoso, 1983; 9); wujudipun saged gancaran ‘prosa’ lan basa pinathok ’puisi’. Ginem ing basa lan sastra wayang menika wonten 2 (kalih), inggih menika basa blangkon (klise) lan bebas. Basa blangkon ‘klise’ mujudaken basa ingkang sampun gumathok lan saged kaginakaken sawanci-wanci, lan saged dipun-ginakaken wayang menapa kemawon; tuladhanipun basa ing jejer ‘adegan’, gapuran, padupan. Basa bebas inggih menika basa ingkang panganggenipun gumanthung wonten wosipun cariyos utawi lakon ‘cerita’ utawi perkawis ingkang karembag salebetipun adegan utawi jejer (Soetrisno, 1976:24)
Catur utawi ginem salebeting basa lan sastra wayang menika wigatos sanget kangge mangertosi piwulang-piwulang utawi ajaran-ajaran ingkang kababar saha kaandharaken lumantar teks utawi naskah-naskah ing cariyos wayang ingkang isinipun saged kaginakaken kangge salah satunggaling sarana andadar miwah anggulawenthah kapribaden ingkang utami lan dhemen labuh labet sarta mranata bangsa lan nagari.

C.    Piwulang ing Basa  lan Sastra Wayang

Piwulang ingkang sumimpen ing basa lan sastra wayang menika asring kababar lumantar janturan, sulukan, sarta antawacana. Wondene piwulang salebetipun basa lan sastra wayang inggih menika babagan kapribaden ingkang:

1.    Berbudi Bawalaksana

Berbudi tegesipun tiyang menika kedah tansah paring pembiyantu dhumateng tiyang sanes, menawi dados pemimpin tansah paring ganjaran (kekucah) dhumateng andhahanipun; kados dene toya ingkang luber saged damel adhem lan anyepipun bebrayan (tiyang, sato kewan, tuwuhan).
Bawalaksana tegesipun kedah jujur lan tansah nindakaken sedaya janji (prasetya) ingkang sampun kawedharaken (netepi janji). Wonten ing basa lan sastra wayang (pedhalangan) asring kaginakaken wonten janturan adegan kapisan, mekaten:

a. “.......Sang nata anetepi berbudi bawalaksana; lire berbudi hanggung     hanggeganjar ngulawisudha, bawalaksana tegesira tansah anetepi pangandika, punapa ingkang sampun kawedhar boten kenging oncat kedah kalampahan”.

b. “........nalendra Dwaraka mahambeg berbudi bawalaksana, lire berbudi tansah angganjar ngulawisudha; dene bawalaksana sedaya ingkang kadhawuhaken boten kenging oncat, tetep kalampahan......”.

c. ... Apa ta lalabetaning Sang Nata, yeku berbudi bawalaksana, anggung hanggeganjar kawula dasih, paring boga wong kaluwen, paring toya tiyang kasadan, paring teken wong kalunyon, paring kudhung wong kodanan, paring sandhang wong kawudan, mapag obor wong kapetengan, maluyakaken sasakit, suka pepajar sagung prihatin. Narendra guna ing aguna, tan ngendhak gunaning janma,  luhur datan ngungkul-ungkuli, andhap tan kasoring sasami. Pangandikaning Sang Nata, yayah we kresna tumetesing patra seta, apa ingkang wus kawiyos ing pangandika datan kenging lincad tetap kalampahan. Pramila Sang Nata Prabu Parikesit anggung sinuyudan dening sagung kawula dasih, kineringan sasamining narendra, bebasan murub mbun-mbunane, ngreksaka gigire, tan kena pinidak wewayangane.

Janturan (c) ing nginggil ngemot piwulang bilih pangarsa (nata, presiden, menteri, bupati, camat, lurah, RW, RT, lan sanes-sanesipun) kedah tansah menggalihaken lan paring pambiyantu dhumateng tiyang sanes, para kawula alit, ingkang awujud (dhedhaharan, toya/ pengairan, sandhangan, kasarasan, pepajar/ listrik, utawi sandhang, papan, pangan sarta sembako.
Wonten ing sulukan adegan sabrang bagus asring ngginakaken cakepan berbudi bawalaksana, kados ing ngandhap menika.

“O ----, dene utamaning nata, berbudi bawalaksana, O ----, lire berbudi mangkana, O---lila legawa ing driya, O -----, hanggung denya paring dana, hanggeganjar saben dina, lire kang bawalaksana, O ---, anetepi pangandika, O --------.”

2.    Satriya Pinandhita
Basa lan sastra wayang ingkang ngemot piwulang satriya pinandhita asring kaginakaken wonten ing janturan jejer kapisan, kados tuladha ing ngandhap menika.

“.....nalendra kang mahambeg satriya pinandhita sekti mandraguna. Lire putus sagunging ngelmu, mumpuni salwiring kagunan, kaprawiran dhasar limpat pasanging grahita.......”.

Tegesipun pemimpin utawi tiyang menika kedah anggadhahi watak bebela dhumateng bebener, nyirnakaken tumindak awon, nyingkiraken angkara murka, dhemen ngibadah sarta tansah angudi kawruh agami miwah kasekten, supados wiyar kawruhipun, pinter, perwira lan waskitha utawi tanggap dhumateng kawontenanipun tiyang sanes (kaluwarga, masarakat, bangsa lan negari).

3.    Sama Beda Dana Dhendha
Piwulang kautaman ingkang wonten ing basa lan sastra wayang babagan “sama beda dana dhendha” asring kaginakaken wonten ing adegan jejer kapisan, kados tuladha ing ngandhap menika.
“..... lampahing pengadilan hanindakaken sama beda dana dhendha, adhedhasar dana wesi asat, lire datan ambau kapine. Lamun sampun leresing kapidana, sanadyan garwa putra myang sentana sayekti kapatrapan ing pamisesa, datan wigih areringa...”

Tegesipun tiyang kedah mangertos dhumateng hukum lan katindakaken kanti sae, inggih hukum agami, nagari, lan hukum adat. Hukum utawi hukumipun nagari katindakaken kanthi jejeg lan adil, boten mbedak-mbedakaken setunggal lan sanesipun. Menawi sampun katliti kanthi saestu, lan nyatanipun lepat kedah dipunpidana boten mawas sanak kadang, putra lan sentana

4.    Tanuhita, Sarahita, Samahita, Danahita, Darmahita
Ajaran kautaman babagan “tanuhita, sarahita, samahita, danahita, darmahita” ingkang kababar wonten ing basa lan sastra wayang, asring kaginakaken ing jejer kapisan, kados ing ngandhap menika.
a. “...... Sang nata mahambeg tanuhita,sarahita, samahita, danahita,
    darmahita. Lire karem ulah kaprajuritan, mumpuni pasang gelaring
    aprang; bangkit ing ulah gegaman. Karem paring dedana mring
    sesama, paring ganjaran dhumateng bebrayan; sung teken jalma
    kalunyon, paring banyu wong kasatan, asung kudhung wong
    kepanasen, paring pepadhang jalma kang nandhang pepeteng. Datan
    mawas sakalir, amung anut reh rahayu, kinarya memayu hayuning
    sesama, bangsa miwah bawana..........”.
b. “.......sang Nata ngasta pusaraning praja adhedhasar tanuhita,
    darmahita, danahita, myang sarahita. Lire remen ulah kapandhitan,
    sengsem ulah kaprajuritan, nengenaken mring keadilan tuwin tansah
    amarsudi rehing tatakrami.......”.

Tanuhita tegesipun tiyang gesang menika kedah tansah tumindak utama, alus ing budi sarta welas asih dhumateng sesami; darmahita tegesipun tansah njejegaken kukum/ pranatan; danahita tansah paring  pitulungan saha mbiyantu dhumateng tiyang sanes; samahita tegesipun tansah damel bagya mulya lan karaharjanipun bebrayan agung; sarahita tansah ulah gelaring perang, trampil ngginakaken gegeman lan sekti

5.    Hasthabrata
Ajaran hasthabrata ingkang kababar lumantar basa lan sastra wayang (pedhalangan) ugi kaginakaken wonten ing sulukan ngandhap menika.

Surya obor nguripi sagung dumadi,
Candra wasis prihatin kinarya suka,
Kartika pandom keblating mangsa,
Kala .................,
Bumi suci urip nrima tentreming ati,
Geni jujur tur prasaja
Angin nyambrahi sadhengah papan,
Mendhung dedana darma weh prabawa wingit,
O............
Samodra jembar hamomot kamot,
O................ hasthabrata.......O......O..........

Wonten ing antawacana utawi ginem ugi kababar suraosing ajaran hasthabrata, inggih menika wejanganipun Begawan Kesawasidi dhumateng Raden Harjuna kados ing ngandhap menika.

KESAWASIDI

Raden Harjuna, sayekti mung sira satriya kang kawasa angasta kuncining kamulyan, mara mirengna sun wartani mungguh kang denarani pepakem Makutharama, iku nora wujud ananging mung sipat wewangson. Mulane ingaran pepakem Makutharama, surasane pepakem iku dianggep makuthaning karajan dening Prabu Ramadewa ing nguni ingaranan Hasthabrata. Tegese sapa wae kang jumeneng narendra, yen ora bisa anetepi hasthabrata, nora kena ingaran Ratu kang mawa Makutha. Nanging kosok baline sanadyan wong lumrah yen bisa netepi hasthabrata, yaiku denanggep manungsa kang mawa makutha. Mangkono Harjuna pangandikaning Jawata.

HARJUNA

Kawula nuwun inggih panembahan, menawi mekaten keparenga enggal kadhawuhaken dhateng pun Parta.

KESAWASIDI

Kulup Harjuna mangkene, mungguh wijange marma aran hasthabrata, hastha iku tegese wolu, wondene brata iku tegese laku. Laku wewolu kang tuwuh saka gumelaring jagad, iki kang kudu dhasaring utawa paugeran, gegebenganing narendra, lire mangkene Harjuna.
a. “.....kapisan hambeging surya, tegese sareh ing karsa, derenging pangolah nora daya-daya kasembadan kang sinedya. Prabawane maweh uriping sagung dumadi, samubarang kang kena soroting Hyang Surya nora daya-daya garing. Lakune ngarah-arah, patrape ngirih-irih, pamrihe lamun sarwa sareh nora rekasa denira misesa, ananging uga dadya sarana karaharjaning sagung dumadi
b. Kapindho hambeging candra yaitu rembulan, tegese tansah amadhangi madyaning pepeteng, sunare hangengsemake, lakune bisa amet prana sumehing netya alusing budi anawuraken raras rum sumarambah marang saisining bawana.
c. Katelu hambeging kartika, tegese tansah dadya pepasrening ngantariksa madyaning ratri, lakune dadya panengeraning mangsa kala, patrape santosa pengkuh nora kengguhan, puguh ing karsa pitaya tanpa samudana, wekasan dadya pandam pandom keblating sagung dumadi.
d. Kaping pate hambeging hima, tegese hanindakake dana wesi asat; adil tumuruning riris, kang akarya subur ngrembakaning tanem tuwuh. Wesi asat tegese lamun wus kurda midana ing guntur wasesa, gebyaring lidhah sayekti minangka pratandha; bilih lamun ala antuk pidana, yen becik antuk nugraha.
e. Kalima ambeging maruta, werdine tansah sumarambah nyrambahi sagung gumelar lakune titi kang paniti priksa patrape hangrawuhi sakabehing kahanan, ala becik kabeh winengku ing maruta
f. Kaping nem hambeging dahana, lire pakartine bisa ambrastha sagung dur angkara, nora mawas sanak kadang pawong mitra, anane muhung anjejegaken trusing kukuming nagara
g. Kasapta hambeging samodra, tegese jembar momot myang kamot, ala becik kabeh kamot ing samodra; parandene nora nana kang anabet. Saisene maneka warna, sayekti dadya pikukuh hamimbuhi santosa
h. Kaping wolu hambeging bantala, werdine lila legawa ing driya; mulus agewang hambege para wadul. Danane hanggeganjar myang kawula kang labuh myang hanggulawenthah.

6.    Meper utawi Ngendhaleni Hawa Napsu
Piwulang kautaman bilih tiyang gesang kedah tansah meper lan ngendhaleni hawa napsu menika kawastanan “sad – ripu”, inggih menika piwulangipun Prabu Rama dhumateng ingkang rayi Raden Bharata. Wondene piwulangipun kados ing ngandhap menika

PRABU RAMA

Yayi Bharata, manungsa urip ing jagad iku sampurnane yen wis bisa ngilangake alanganing ati nem prekara, yaiku rasaning:

a. Raga       :    Yaiku manungsa kang tansah sengsem marang
                         asmara
b. Maparya :    Yaiku rasa gething marang sapadhaning manungsa
c. Lobha   : Yaiku dremba utawa nggrangsang nggagap marang
                   barang kadonyan
d. 1)    Murka    :    Yaiku rasaning ati kang tansah bingungan     
    2)    Moha     :    Yaiku pikirane kang tansah peteng 
e. Irsya    :    Yaiku rasaning ati kang drengki, srei, panasten,
                      dahwen, ati open 
f. Krodha  :    Yaiku sakabehing rasa kanepson kang
                       angambra-ambra    

7.    Panca Darmaning Satriya lan Sepi ing Pamrih Rame ing Gawe
Piwulang kuwajibanipun satriya menika wonten gangsal ingkang kaandharaken Begawan Bimasuci dhumateng Raden Setyaki. Anggenipun nindakaken kewajiban kanthi adhedhasar sepi ing pamrih rame ing gawe, kados ginem utawi antawacana ing ngandhap menika.

SENA

Yayi Setyaki, sarehning sira iku satriya ngembat praja, kudu mangerti kuwajiban kang katindakake yaiku darmaning satriya, mungguh hambeging satriya iku, kang baku amung tansah sengsem marang kautaman, anggayuh marang kaluhuran, iya kaluhuraning budi, iya kaluhuraning kajiwane, dadi ora ngemungake kaluhuraning drajad lan pangkat bae, dene dedalane ora liya iya mung kudu tansah nuhoni darmane, darma iku tegese kuwajiban. Anggone nindakake kuwajiban adhedhasar sepi ing pamrih rame ing gawe. Mungguh satriya darbeni kuwajiban limang prakara:
a. Rumeksa kayuwananing praja sarta bumi kalairane
b. Ngayomi para pandhita resi kang padha ulah puja brata
c. Tresna marang bangsa sarta welas asih marang sapadha-padhaning
    tumitah
d. Setya tuhu marang janji sarta nuhoni sabda kang wus kawedhar
e. Tundhuk marang bebener kang adhedhasar adil ya piwulang suci

8.    Jujur tansah Tumindak Sae
Piwulang kautaman ingkang sumimpen wonten ing basa lan sastra wayang (pedhalangan) babagan tiyang menika kedah tansah tumindak jujur lan tumindak sae, jalaran sedaya tumindak menika badhe ngundhuh wohing panggawe utawi ukum karma, kados tuladha ginem ing ngandhap menika.

a. Dursasana         : “…. Sampun Man, Petruk mboten dosa kersane urip. Eling lo Man, wong nandur ngundhuh, utang nyaur, nyilih ngulihake, nggawa mbalekake, yasa nduwe…..”   
b. Kunthi     : “Wrekodara, weningna ciptamu, menepna rasamu. Becik ketitik ala ketara, sapa ndhisiki ala wahyune bakal sirna”.  

9.    Mawas dhiri, Ngrumaosi Bodhonipun lan Purun Ngangsu Kawruh

Watak ingkang utami menggahipun tiyang Jawi inggih menika “prasaja lan walaka”, tegesipun purun mawas dhiri, jujur, menapa wontenipun lan purun rumangsa saha ngrumaosi sedaya kekiranganipun sarta purun ngangsu kawruh lan ngudi ngilmi. Kados wewarahipun Begawan Bimasuci dhumateng Begawan Hanoman ing ngandap menika.

HANOMAN

I i i , toblas, begja kemayangan, tujune darbe kadang kang tansah aweh pepeling marang Kapiwara. Dhuh yayi Sena, mula samengko aja tanggung-tanggung pun kakang enggal wedharana sandining gati, pralambang kang dumunung aneng busanaku, amarga pun kakang nyata durung sumurup.

BIMA

Iya Kakang Kapiwara, yen mangkono bakal prayoga kang tinemu, sabab ati kang bodho iku lamun prasaja, gelem ngakoni mesthi gelem njaluk warah, iku dadi dalaning karahayon, mara enggal piyarsakna kakang.
a. Mulane kakang kapiwara nganggo gelung winangkara, cinandhi
    rengga endhek ngarep dhuwur buri, tegese kakang aja mangro ing
    pandulu marang dununging Kawula Gusti, lire nora kalimput lenging
    tekad kang aneng ngarsa,  tegese sanadyan andhap asor anoraga,
    nanging tumuju marang Hyang Suksma Kawekas, wekasane ngesthi
    luhur kadi sipate Hyang Manon
b. Kang kapindho, pupuk mas rineka jaroting asem, tegese budimu kudu
    ngrawit kaya jaroting asem, awit wus pinutra dening Bathara Bayu
c. Kang kaping telu, sumping kembang pudhak sinumpet, tegese mengku
    kawruh manunggal Sang Hyang Udipati sinamar pinter api balilu
    (alingan bodho)
d. Kang papat, anting-anting panunggul maniking warih, tegese sinung
    pramana datan kasamaran sawiji-wiji
e. Kang kaping lima, kalung naga banda, tegese ula gedhe, sira iku
    prajurit linuwih, lamun mangsah prang aja ngucireng budi prawira
    sudireng pupuh suka lebur arerempon
f. Kang kaping nenem, kelat bau rineka balibar manggis ginubah tekan
    kandhagane, lire anetepana sabda kang wus kawedhar, pambege
    bawalaksana, aja gampang muwus kalamun nora nyata.
g. Kaping pitu, gelang candra kirana, tegese candra iku rupa, kirana
    wulan, tegese udinen murih kawruhmu kaya wulan purnama.
h. Kaping wolu, dodot poleng bang bintulu manca warna: ireng, abang,
    kuning, putih, lan ijo, iku pancadriya lambang uriping kanepson,
    pancawarna iku darbe karep dhewe-dhewe, sanepane para kadang
    lelima rina lan wengi tansah bebarengan kang papat, dene kang
    sawiji kinen amrih anut wenganing budi, yaiku budi rahayu kaya
    dene traping tanganmu. Driji kang papat ginegem kuku pancanaka,
    landhepe dadi sawiji, kasantosane kumpul manunggal dadi sawiji
    dumunung aneng jejempol
i. Kang kaping sanga, sabuk cindhe wilis bara sakembaran binelah
    numpang wentis kanan kering; tegese runtutna traping bratamu,
    cundhukna lair lan batinmu
j. Kang kaping sepuluh naga raja nungging wentis, iku minangka
    kancing; tegese budi lan tekadmu supaya memet manawa arsa
    momot.

10.    Hamong, Hamor, Hamot, Hamemangkat

Piwulang pambeganing ratu utawi pemimpin ingkang kaandharaken lumantar basa lan sastra wayang (pedhalangan) wonten sekawan prekawis inggih menika “hamong, hamor, hamot, hamemangkat” ingkang tegesipun kados ing ngandhap menika.
Hamong: tegesipun tiyang gesang menika kedah saged angemong tiyang sanesipun (solidaritas, setia kawan). Menawi dados pemimpin utawi pangarsa kedah saged angemong para kawulanipun
Hamor: tegesipun tiyang gesang menika kedah saged manjing ajur ajer (adaptif), saged empan papan sarta ngungak kawontenan
Hamot: tegesipun  tiyang gesang wonten ngalam ndonya menika kedah saged madhahi lan nyaring kawruh utawi budaya ing sumebar lan katampi, sabar lan purun nampi bentening pamanggih tiyang setunggal lan sanesipun.
Hamemangkat: tegesipun purun ngaosi dhumateng tiyang sanes, paring bebingah lan kanugrahan dhumateng kawula ingkang kathah lelabetanipun

D.    Panutup

Wejangan-wejangan ingkang sumimpen salebetipun cariyos wayang ingkang kababar saha kaandharaken lumantar basa lan sastra wayang (pedhalangan) ing janturan, suluk lan antawacana menika pranyata ngemot piwulang-piwulang kautaman ingkang saged kaginakaken salah satunggaling sarana kangge nggulawenthah para putra lan generasi mudha supados anggadhahi karakter, boten kecalan adeg-adeg utawi jatidhiri; anggadhahi kapribaden lan watak ingkang wicaksana kangge labuh labet ambangun bangsa lan negari. Watak ingkang sae menika: “Berbudi bawalaksana, satriya pinandhita, sama beda dana dhendha, tanuhita darmahita samahita sarahita, hasthabrata, meper hawa napsu, panca darmaning satriya kanthi sepi ing pamrih rame ing gawe, jujur lan tansah tumindak sae, mawas diri ngrumangsani lan tansah ngangsu kawruh, hamong hamor hamot hamemangkat”.
Ajaran-ajaran kautaman menika pranyata taksih jumbuh menawi katindakaken ing jaman globalisasi samenika, menawi tansah katindakaken wonten ing: kulawarga, bebrayan agung, bangsa lan negari miwah bawana; tundhonipun jagad raya menika badhe mahanani guyup rukun, ayem tentrem, kerta raharja tebih saking pangrencana miwah bebaya. Negari kita Indonesia enggal adil makmur lan warata, mirah sandhang lan pangan kanthi adhedhasar Pancasila lan UUD 1945

KAPUSTAKAN

♦ Bambang Murtiyoso. 1983. Pengetahuan Pedalangan. Surakarta: STSI
♦ Imam Sutardjo. 2010. Keindahan Bahasa Pedalangan. Surakarta: FSSR
   Publishing
♦ Kristuti Suryosaputro. 1983. Janturan Wayang Purwa Surakarta: Pribadi
   Marwanto. tt. Wejangan Wewarah Bantah Cangkriman Piwulang
   Kaprajan. Surakarta: Cendrawasih.
♦ Poerwadarminta. W.J.S. 1939. Baoesastra Djawa. Batavia: Groningen
♦ Siswaharsojo. 1966. Wahyu Makutharama. Yogyakarta: Habiranda.
♦ Slametmuljana. 1956. Peristiwa Bahasa dan Sastra. Bandung – Jakarta:
   Ganaco
♦ Soepomo Poedjosoedarma, dkk. 1986. Ragam Panggung dalam Bahasa
   Jawa. Jakarta: P dan K
♦ Soetarno, Sunardi, Sudarsono. 2007. Estetika Pedalangan. Surakarta: ISI
   Surakarta dan CV Adji Surakarta

♦ Soetrisno. 1976. Kawruh Pedalangan. Surakarta: ASKI

Tanda Wanita Jatuh Cinta

Tanda-tanda ini mungkin perlu juga diketahui oleh kaum adam supaya lebih peka akan sinyal-sinyal yang diberikan seorang wanita. Jatuh cinta memang indah dan itu adalah hak semua orang. Tapi, tak semua orang cerita cintanya berjalan mulus. Kita jangan membandingkan kisah cinta yang ada di novel karena itu ditulis oleh seorang penulis, tapi kisah cinta kita yang menulis adalah Tuhan.

Sudah umum kalau biasanya cowok akan mengungkapkan perasaannya terlebih dahulu kepada sang wanita. Tapi tak jarang juga wanita yang menembak pria duluan.

Apabila anda sekarang sedang mengincar seorang wanita untuk menyatakan cinta anda pasti perlu untuk mengetahui apakah si dia juga menaruh hati pada anda atau tidak. Berikut adalah beberapa Tanda Wanita

Jatuh Cinta kepada seorang pria : Catatan : bukan berarti wanita yang sedang jatuh cinta mengalami semua tanda-tanda ini, bisa jadi hanya beberapa atau bahkan tidak sama sekali itu tergantung jenis wanitanya.

1. Tampil lebih cantik saat ketemuan
Apabila anda mengajaknya ketemuan atau makan malam jika dia memang menyukai anda biasanya wanita akan tampil secantik dan seperfect mungkin. Sebaliknya apabila dia tidak menyimpan perasaan cinta pada anda maka dia cenderung acuh akan penampilan dan dandan apa adanya. Tapi ini juga tak bisa dijadikan patokan utama karena ada tipe-tipe wanita tertentu yang memang lebih suka tampil casual atau mungkin memang tidak pandai berdandan.

2. Senang berbagi kisah kepada anda
Saat anda bercakap kepada dia mengenai kisah hidup anda biasanya si wanita akan menikmati semua kisah yang anda ungkapkan. Bahkan kalau sampai dia juga menceritakan kisah hidup pribadinya berarti dia ada respon positif dan mulai merasa nyaman di dekat anda bahkan bisa jadi dia berharap anda bisa menjadi seseorang yang selalu menghiasi hari-harinya.

3. Mudah diakses
Maksudnya adalah dia selalu siap dan bersedia bila anda mengajaknya jalan/hang out. Tapi, harus jelas ajakannya.

4. Dia sering menatap anda
Saat berbicara atau mendengarkan anda bicara ia sering menatap anda, bahkan saat ia sedang sibuk sekalipun suka mencuri pandang ke arah anda. Apabila anda memergokinya maka lemparkanlah senyum jika ia memang suka kepada anda ia akan tersenyum balik atau mukanya merah karena malu.

5. Teman-temannya tahu nama anda
Si dia pasti sudah bercerita kepada teman-temannya terutama teman terdekat mengenai diri anda. Dan bisa jadi mengungkapkan isi hatinya kalau dia menaruh hati pada anda.

6. Banyak bertanya
Bila dia sering menanyai apa hobi anda, makanan kesukaan, terus aktifitas lainnya berarti dia menyimpan ketertarikan kepada anda dan bisa jadi dia suka kepada anda.

7. Dia mendekati teman dekat anda
Si dia akan mengorek informasi tentang diri anda melalui teman terdekat anda. Itu berarti dia memang sangat tertarik pada anda.

8. Sering memberi komentar pada status anda
di situs jejaring sosial Misalnya rajin ngelike dan meninggalkan komentar di status facebook anda.

9 Untuk ciri-ciri tingkah laku biasanya seperti :
Dia akan meletakkan jari tangannya di antara gigi - Matanya lebih sering berkedip ketika berbicara dengan Anda - Dia kerap memilin-milin rambut dengan jarinya ketika dia sedang menatap anda - Menatap mata anda dengan tatapan dalam dan pupil matanya membesar

Sooo..........
bagi para lelaki yang pernah mengalami wanita bertingkah seperti ciri-ciri diatas itu berarti wanita itu JATUH CINTA pada ANDA :*

Jangan kecewakan WANITA yang sudah menaruh Hati pada ANDA. kalopun ANDA tak MENCINTAINYA katakanlah yang sesungguhnya, beri kata-kata yang tidak menyakiti hati para WANITA. ;)

Pengembangan Bahasa Untuk Anak Usia Dini

Trend di Sekolah Dasar adalah mengadakan tes atau seleksi untuk calon murid. “Anak harus sudah bisa baca dan tulis di Taman Kanak-kanak”. Ini merupakan pernyataan yang kemudian menjadi tekanan bagi orang tua dan guru TK. Orang tua berusaha mencari sekolah TK yang dapat menghasilkan anak dengan target lulusan bisa membaca dan menulis. Pihak sekolah berusaha melatih anak dengan berbagai cara untuk bisa membaca dan menulis agar sesuai dengan harapan orang tua. Bagi beberapa sekolah yang tetap bertahan untuk mengutamakan kegiatan bermain dalam pembelajaran di TK menjadi sekolah yang terbelakang alias tidak laku. Orang tua menuntut anak untuk bisa membaca dan menulis karena takut anak tidak diterima di Sekolah Dasar yang menggunakan seleksi bagi calon murid dengan bentuk seleksi baca-tulis-hitung (calistung).

Apa yang salah dalam hal ini? Mengapa kemudian terjadi kecemasan pada orang tua, pihak sekolah TK dan SD untuk mengembangkan kemampuan calistung? Jika memang kebutuhan jaman menuntut anak untuk lebih cepat membaca dan menulis pada usia TK, apakah harus dengan cara yang mengenyampingkan prinsip pembelajaran anak yang sesungguhnya? Dapatkah pembelajaran untuk anak usia dini dikemas lebih selaras dengan perkembangan anak yaitu bermain sambil belajar? Metode apa yang dapat digunakan oleh guru untuk membuat kegiatan pembelajaran membaca dan menulis lebih menarik? Pertanyaan-pertanyaan tersebut akan dijawab dalam penjabaran makalah berikut ini.

Bahasa Anak Usia Dini

Rata-rata pendidik mengatakan bahwa pengembangan bahasa untuk anak adalah terkait dengan kemampuan membaca dan menulis. Pola pikir para orang tua juga demikian, perkembangan bahasa adalah perkembangan anak dalam kemampuan baca dan tulis. Oleh karena itu, orang tua menyerahkan anaknya untuk dapat baca dan tulis di Taman kanak-kanak dan pada akhirnya guru yang bertugas untuk mengajarkan hingga berhasil. Namun ternyata tidak demikian, kemampuan membaca dan menulis anak terbentuk dari kemampuan mendengar dan berbicara. Jalongo mengatakan bahwa kemampuan membaca permulaan merupakan bentuk demonstrasi kemampuan anak untuk memahami pesan oral dalam bentuk mendengar dan bentuk respon yang berkelanjutan (2007: 158). Penjelasan tersebut menunjukkan pengertian bahwa kemampuan sebelum baca-tulis permulaan dipengaruhi oleh kemampuan mendengar dan berbicara. Pentingnya kemampuan mendengar oleh Jalongo juga dijelaskan bahwa mendengar adalah dasar untuk berbicara, membaca dan menulis pada anak. Pernyataan ini dengan catatan terjadi pada anak tanpa gangguan pendengaran (2007: 81). Dengan demikian, untuk dapat membaca dan menulis, seorang anak harus memiliki pengalaman mendengar dan berbicara cukup banyak. Hal ini berarti bahwa untuk membentuk kemampuan tersebut, guru tidak dapat berusaha sendiri. Guru membutuhkan peran dari orang tua untuk banyak mendengarkan cerita-cerita pada anak dan mengajak anak untuk berkomunikasi sebagai bentuk pengembangan kemampuan berbicara.

Sebuah penelitian mengatakan bahwa kemampuan baca-tulis permulaan anak dibentuk sejak usia dini. Papalia (2008: 248) mengatakan bahwa mayoritas bayi sangat menyukai dibacakan cerita. Nada pembacaan yang dilakukan oleh orang tua atau pengasuh dan cara membacakan ketika bercerita dapat mempengaruhi seberapa baik anak berbicara dan pada akhirnya seberapa baik anak membaca. Pendapat ini kemudian didukung oleh Jalongo yang mengatakan bahwa semakin dini anak dikenalkan dengan teks yang ada dalam buku maka anak semakin siap untuk membaca dan sadar terhadap cetakan (tulisan) (2007: 156). Anak yang belajar membaca dini biasanya adalah anak-anak yang orang tuanya sangat sering membacakan cerita untuk anak dan melakukan kegiatan membaca tersebut ketika usia anak masih sangat muda (Papalia, 2008: 248). Dengan demikian, potensi untuk bisa membaca pada anak terbentuk dari pengalaman mendengarkan cerita sejak usia sedini mungkin. Hal ini berarti perlu peran dari orang tua atau orang terdekat dengan anak sejak dini untuk membacakan cerita.

Kemampuan membaca dan menulis pada anak sangat dipengaruhi oleh kemampuan anak untuk sadar akan phonemik. Kesadaran phonemik yaitu kemampuan untuk membedakan bunyi dalam bahasa. Kemampuan ini terbentuk pada kemampuan mendengarkan. Potensi anak untuk dapat membaca dan menulis juga dapat dideteksi sejak dini melalui tahapan kesadaran phonemik tersebut. Kesadaran phonemik terbentuk sejak bayi baru lahir dengan ciri-ciri yaitu terkejut mendengar suara keras atau suara yang tiba-tiba muncul, menyukai suara-suara yang lembut dan memberi rasa aman, dan tertarik dengan suara yang dimainkan berkali-kali dan berubah-ubah. Kesadaran phonemik pada bayi dan balita dengan ciri-ciri yaitu mulai bereksperimen dengan suara, merespon lagu-lagu yang sering didengar, ikut bergerak sesuai lagu, menunjukkan ketertarikan pada buku mencakup gambar dan benda-benda yang dikenal, berusaha menamai benda atau menirukan suara binatang ketika melihat gambar. Kesadaran phonemik pada anak awal prasekolah memiliki ciri-ciri yaitu menyukai lagu-lagu, cerita, puisi dan mengenali namanya, mengenali irama puisi/syair yang sama (suaranya sama). Kesadaran phonemik di Taman Kanak-kanak ditunjukkan dengan ciri yaitu peduli suara/hubungan simbol-simbol, dan dapat mencampur fonem dan membagi suku kata. Terkait dengan kesadaran phonemik tersebut maka pendidik harus mampu menciptakan kegiatan pembelajaran yang mengembangkan kemampuan anak untuk mengembangkan kesadaran phonemik.

Perkembangan Bahasa Sesuai Kurikulum PP.58 tahun 2009

Perkembangan bahasa untuk anak taman kanak-kanak berdasarkan acuan standar pendidikan anak usia dini no. 58 tahun 2009, mengembangkan tiga aspek yaitu menerima bahasa, mengungkapkan bahasa, dan keaksaraan. Lingkup perkembangan menerima bahasa yaitu kemampuan berbahasa secara reseptif, terdiri dari pengembangan menyimak perkataan orang lain, mengerti dua perintah yang diberikan bersamaan, memahami cerita yang dibacakan, mengenal perbendaharaan kata mengenai kata sifat, mengerti beberapa perintah, mengulang kalimat yang lebih kompleks, dan memahami aturan dalam suatu permainan. Bentuk indikator untuk lingkup perkembangan ini bisa dalam bentuk tindakan, hasil karya, tulisan, dan lain sebagainya, sebagai ciri anak memahami dan mampu menerima bahasa.

Lingkup perkembangan kedua yaitu kemampuan mengungkapkan bahasa. Kemampuan ini termasuk dalam kemampuan bahasa ekspresif. Kemampuan ini bisa muncul dalam bentuk kemampuan berbicara, dan menulis. Pencapaian perkembangan kemampuan ini yaitu menjawab pertanyaan yang lebih kompleks, menyebutkan kelompok gambar yang memiliki bunyi yang sama, berkomunikasi secara lisan, memiliki perbendaharaan kata, serta mengenal simbol-simbol untuk persiapan membaca, menulis dan berhitung, menyusun kalimat sederhana dalam struktur lengkap (pokok kalimat-perdiket-keterangan), memiliki lebih banyak kata-kata untuk mengekspresikan ide pada orang lain, melanjutkan sebagian cerita/dongeng yang telah diperdengarkan. Pencampaian perkembangan ini dapat muncul dalam berbagai indikator.

Lingkup pengembangan ketiga yaitu keaksaraan, kemampuan baca-tulis permulaan. Kemampuan ini termasuk kemampuan menyebutkan simbol-simbol huruf yang dikenal, mengenal suara huruf awal dari nama benda-benda yang ada disekitarnya, menyebutkan kelompok gambar yang memiliki bunyi/huruf awal yang sama, memahami hubungan antara bunyi dan bentuk huruf, membaca nama sendiri, dan menuliskan nama sendiri.
Stimulasi Perkembangan Bahasa Anak

Perkembangan bahasa untuk anak usia dini meliputi empat pengembangan yaitu mendengarkan, berbicara, membaca dan menulis. Pengembangan tersebut harus dilakukan seimbang agar memperoleh pengembangan membaca dan menulis yang optimal. Berikut ini contoh-contoh kegiatan yang dapat dilakukan guru untuk mengembangkan kemampuan tersebut.

Pengembangan kemampuan mendengarkan dapat dilakukan dengan kegiatan mendengarkan bercerita, mendengarkan suara-suara binatang, menebak suara, menyimak cerita, pesan berantai, menirukan suara, menirukan kalimat, menjawab pertanyaan, mendengarkan radio, mendengarkan kaset cerita untuk anak, lagu-lagu anak, dan lain sebagainya. Pengembangan kemampuan berbicara dapat dilakukan dengan kegiatan ekploratorif sambil mendiskusikan hasilnya, menceritakan pengalamannya, menceritakan hasil karya, bertanya, menceritakan kembali cerita, dan lain sebagainya. Pengembangan kemampuan membaca dapat dilakukan dengan memberi kebebasan anak untuk membaca gambar, eksplorasi dengan buku, menggambar dan menulis bebas, dan lain sebagainya. Pengembangan kemampuan menulis dapat dilakukan dengan memberi kesempatan pada anak untuk mencorat-coret, menggambar bebas, menulis ekspersif hasil dari gambar, meniru tulisan-tulisan yang ada disekitarnya, menulis di pasir, bermain dengan melibatkan motorik halus seperti meronce, membentuk, menggunting, menempel, mencocok, dan lain sebagainya.

Setiap pengembangan dapat dilakukan secara terpadu dalam satu hari. Untuk mengoptimalkan anak, pendidik dapat mengembangkan masing-masing kemampuan tersebut dalam satu kegiatan. Berikut ini contoh penerapan kegiatan tersebut dalam Rencana Kegiatan Harian (RKH). RENCANA KEGIATAN HARIAN


Kesimpulan Pengembangan kemampuan bahasa untuk anak usia dini dapat dilakukan dengan mengembangkan empat pengembangan sekaligus yaitu kemampuan mendengarkan, berbicara, membaca dan menulis. Untuk mengembangkan kemampuan baca-tulis permulaan didukung dengan pengembangan kemampuan mendengar dan berbicara lebih banyak. Semakin banyak anak mendengar dan berbicara maka semakin mudah anak untuk mengenal baca-tulis. Dengan demikian untuk mengembangkan kemampuan baca-tulis permulaan, pendidik dapat mengembangkan kegiatan keaksaraan seperti eksplorasi kegiatan mendengarkan, berbicara, membaca dan menulis.